Minggu, 21 Maret 2010

identitas diri


nama :anteng adi pranoto
no.mhs :1095111036
jurusan:akuntansi
kelas :A








BI: 2010, Pertumbuhan Ekonomi 6%
Di samping tetap kuatnya permintaan domestik, perbaikan bersumber dari sisi eksternal.


VIVAnews - Bank Indonesia (BI) memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia dapat mencapai 5,5-6 persen pada 2010 dan meningkat menjadi 6-6,5 persen pada 2011. Dengan demikian prospek ekonomi Indonesia akan lebih baik dari perkiraan semula.

"Di samping tetap kuatnya permintaan domestik, perbaikan terutama bersumber dari sisi eksternal sejalan dengan pemulihan ekonomi global, seperti terlihat dari ekspor yang mencatat pertumbuhan positif sejak triwulan IV-2009," kata Deputi Gubernur BI Hartadi A Sarwono dalam siaran pers BI di Jakarta, Kamis 11 Maret 2010.

Pemulihan ekonomi global terlihats dari berbagai indikator ekonomi baik di negara maju, seperti Amerika Serikat dan Jepang maupun di kawasan Asia (China dan India).

Di Amerika Serikat, pemulihan tercermin pada pengeluaran konsumsi masyarakat yang terus menguat dan dibarengi peningkatan respons di sisi produksi.

Sementara itu di Jepang, ditandai oleh pertumbuhan positif pada triwulan terakhir 2009. Di China dan India, indikasi pemulihan ekonomi lebih jelas terlihat seperti tercermin pada laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi.

Berbagai perbaikan tersebut memberikan dampak positif bagi negara-negara yang menjadi mitra dagang, termasuk Indonesia.

Sementara itu, pemulihan ekonomi global berdampak positif terhadap perkembangan sektor eksternal perekonomian Indonesia. Kinerja ekspor nonmigas Indonesia yang pada triwulan IV-2009 mencatat pertumbuhan cukup tinggi yakni mencapai sekitar 17 persen dan masih berlanjut pada Januari 2010.

Peningkatan ekspor tidak hanya terjadi pada komoditas pertambangan dan pertanian, tetapi juga ekspor komoditas manufaktur yang mulai meningkat.

Perkembangan ini mendukung pertumbuhan di sektor industri dan sektor perdagangan yang lebih tinggi dari perkiraan. Sementara itu, aktivitas impor sedikit meningkat sejalan dengan peningkatan ekspor tersebut, meskipun pada tingkat yang masih rendah.

Transaksi berjalan pada triwulan I-2010 diperkirakan mencatat surplus yang lebih besar dari perkiraan semula.

Sementara itu, keyakinan investor asing terhadap prospek ekonomi Indonesia yang semakin membaik tercermin pada surplus transaksi modal dan finansial yang masih cukup tinggi.

Dengan berbagai perkembangan tersebut, untuk keseluruhan 2010 surplus NPI diperkirakan lebih baik dari perkiraan semula.

"Tinggal 1 notch lagi bagi Indonesia untuk mencapai investment grade, sehingga akan semakin memberikan keyakinan yang lebih besar bagi investor asing untuk meningkatkan investasinya di Indonesia," ujar Hartadi menanggapi perbaikan sovereign rating Indonesia oleh Fitch menjadi BB+ dari semula BB beberapa waktu lalu.

Selain kinerja ekspor yang membaik tersebut, kegiatan konsumsi swasta juga menunjukkan perbaikan. Hal ini dikonfirmasi oleh peningkatan berbagai indikator konsumsi seperti impor barang konsumsi, penjualan mobil dan motor, serta penjualan ritel.

Ke depan, pertumbuhan konsumsi rumah tangga diperkirakan tetap meningkat sejalan dengan pendapatan yang lebih tinggi karena income effect dari perbaikan ekspor dan terjaganya tingkat keyakinan konsumen.

Di sisi harga, tekanan inflasi diyakini belum akan signifikan setidaknya pada semester I-2010. Perkembangan inflasi dalam dua bulan pertama 2010 masih tetap terjaga pada tingkat yang rendah.

Relatif terkendalinya inflasi juga tercermin pada perkembangan inflasi inti yang turun dari 4,43 persen (yoy) pada Januari 2010 menjadi 3,88 persen (yoy) pada Februari 2010.

Kenaikan inflasi IHK di awal 2010 terbukti bersifat temporer, terutama karena kenaikan harga beras, dan diperkirakan tidak terjadi lagi lonjakan harga dalam beberapa bulan ke depan seiring dengan telah datangnya musim panen di berbagai daerah.

Kemungkinan kenaikan tarif dasar listrik (TDL) diperkirakan tidak menimbulkan dampak yang besar terhadap inflasi sepanjang diterapkan terutama pada kelompok pelanggan besar. Secara keseluruhan, inflasi ke depan diyakini akan tetap terjaga pada sasaran yang ditetapkan yakni 5 persen + 1 persen pada 2010 dan 2011.

"Meskipun kegiatan ekonomi domestik meningkat, saya yakin belum akan melampaui tingkat output potensialnya, sehingga belum akan menimbulkan tekanan inflasi yang berlebihan dari sisi fundamental," tutur Hartadi.

arinto.wibowo@vivanews.com




identitas diri


nama : anteng adi pranoto
no.mhs :1095111036
jurusan :akuntansi
kelas :A


BI: 2010, Pertumbuhan Ekonomi 6%
Di samping tetap kuatnya permintaan domestik, perbaikan bersumber dari sisi eksternal.


VIVAnews - Bank Indonesia (BI) memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia dapat mencapai 5,5-6 persen pada 2010 dan meningkat menjadi 6-6,5 persen pada 2011. Dengan demikian prospek ekonomi Indonesia akan lebih baik dari perkiraan semula.

"Di samping tetap kuatnya permintaan domestik, perbaikan terutama bersumber dari sisi eksternal sejalan dengan pemulihan ekonomi global, seperti terlihat dari ekspor yang mencatat pertumbuhan positif sejak triwulan IV-2009," kata Deputi Gubernur BI Hartadi A Sarwono dalam siaran pers BI di Jakarta, Kamis 11 Maret 2010.

Pemulihan ekonomi global terlihat dari berbagai indikator ekonomi baik di negara maju, seperti Amerika Serikat dan Jepang maupun di kawasan Asia (China dan India).

Di Amerika Serikat, pemulihan tercermin pada pengeluaran konsumsi masyarakat yang terus menguat dan dibarengi peningkatan respons di sisi produksi.

Sementara itu di Jepang, ditandai oleh pertumbuhan positif pada triwulan terakhir 2009. Di China dan India, indikasi pemulihan ekonomi lebih jelas terlihat seperti tercermin pada laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi.

Berbagai perbaikan tersebut memberikan dampak positif bagi negara-negara yang menjadi mitra dagang, termasuk Indonesia.

Sementara itu, pemulihan ekonomi global berdampak positif terhadap perkembangan sektor eksternal perekonomian Indonesia. Kinerja ekspor nonmigas Indonesia yang pada triwulan IV-2009 mencatat pertumbuhan cukup tinggi yakni mencapai sekitar 17 persen dan masih berlanjut pada Januari 2010.

Peningkatan ekspor tidak hanya terjadi pada komoditas pertambangan dan pertanian, tetapi juga ekspor komoditas manufaktur yang mulai meningkat.

Perkembangan ini mendukung pertumbuhan di sektor industri dan sektor perdagangan yang lebih tinggi dari perkiraan. Sementara itu, aktivitas impor sedikit meningkat sejalan dengan peningkatan ekspor tersebut, meskipun pada tingkat yang masih rendah.

Transaksi berjalan pada triwulan I-2010 diperkirakan mencatat surplus yang lebih besar dari perkiraan semula.

Sementara itu, keyakinan investor asing terhadap prospek ekonomi Indonesia yang semakin membaik tercermin pada surplus transaksi modal dan finansial yang masih cukup tinggi.

Dengan berbagai perkembangan tersebut, untuk keseluruhan 2010 surplus NPI diperkirakan lebih baik dari perkiraan semula.

"Tinggal 1 notch lagi bagi Indonesia untuk mencapai investment grade, sehingga akan semakin memberikan keyakinan yang lebih besar bagi investor asing untuk meningkatkan investasinya di Indonesia," ujar Hartadi menanggapi perbaikan sovereign rating Indonesia oleh Fitch menjadi BB+ dari semula BB beberapa waktu lalu.

Selain kinerja ekspor yang membaik tersebut, kegiatan konsumsi swasta juga menunjukkan perbaikan. Hal ini dikonfirmasi oleh peningkatan berbagai indikator konsumsi seperti impor barang konsumsi, penjualan mobil dan motor, serta penjualan ritel.

Ke depan, pertumbuhan konsumsi rumah tangga diperkirakan tetap meningkat sejalan dengan pendapatan yang lebih tinggi karena income effect dari perbaikan ekspor dan terjaganya tingkat keyakinan konsumen.

Di sisi harga, tekanan inflasi diyakini belum akan signifikan setidaknya pada semester I-2010. Perkembangan inflasi dalam dua bulan pertama 2010 masih tetap terjaga pada tingkat yang rendah.

Relatif terkendalinya inflasi juga tercermin pada perkembangan inflasi inti yang turun dari 4,43 persen (yoy) pada Januari 2010 menjadi 3,88 persen (yoy) pada Februari 2010.

Kenaikan inflasi IHK di awal 2010 terbukti bersifat temporer, terutama karena kenaikan harga beras, dan diperkirakan tidak terjadi lagi lonjakan harga dalam beberapa bulan ke depan seiring dengan telah datangnya musim panen di berbagai daerah.

Kemungkinan kenaikan tarif dasar listrik (TDL) diperkirakan tidak menimbulkan dampak yang besar terhadap inflasi sepanjang diterapkan terutama pada kelompok pelanggan besar. Secara keseluruhan, inflasi ke depan diyakini akan tetap terjaga pada sasaran yang ditetapkan yakni 5 persen + 1 persen pada 2010 dan 2011.

"Meskipun kegiatan ekonomi domestik meningkat, saya yakin belum akan melampaui tingkat output potensialnya, sehingga belum akan menimbulkan tekanan inflasi yang berlebihan dari sisi fundamental," tutur Hartadi.

arinto.wibowo@vivanews.com

Kamis, 18 Maret 2010

anteng adi pranoto 1095111036

VIVAnews - Kondisi ekonomi 2010 diyakini belum akan terlepas dari krisis global. Bahkan diperkirakan ekonomi tahun depan semakin berat dibandingkan tahun ini.

Pengamat ekonomi Martin Panggabean usai seminar dampak krisis global terhadap Indonesia di Gedung Lemhannas, Selasa, 17 Maret 2009 mengatakan, pemerintah seharusnya tidak hanya membahas soal suku bunga saja. "Itu tidak tepat, yang harus dibicarakan sekarang adalah bagaimana ekspansi kredit, PHK dan bagaimana 2010," kata Martin.

Ia lalu mencontohkan kondisi di Amerika Serikat di mana probabilitas terjadinya depresi di AS meningkat antara 20-30 persen. KIni berarti, pertumbuhan ekonomi negara adidaya itu akan minus 5-7 persen.

Dengan demikian lanjutnya, akan banyak terjadi PHK, termasuk Indonesia. Hal-hal seperti ini, ujarnya, adalah yang perlu diantisipasi oleh pemerintah. Jika pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2010 hanya 1-2 persen, maka tingkat PHK semakin banyak.

"Bank mau investasi, tapi siapa yang mau dipinjami, dananya dari mana, kenapa karena kita harus berebut dana di pasar dengan Amerika," ujarnya. Jika pemerintah bisa mendapatkan dana pun, lanjutnya, nilai imbal hasilnya pasti akan sangat tinggi.

"Penerbitan obligasi sekarang saja sudah banyak yang komentar tinggi, maka kita harus waspada bicara ekonomi yang memburuk pada 2010," katanya.

Namun Martin yakin pada 2009 ini, target pertumbuhan ekonomi 4,5 persen bisa tercapai. Namun karena pengaruh deflasi dan resesi yang semakin dalam, maka dampaknya akan lebih terasa pada 2010. "Ini bisa menjadi krusial karena pembiayaanya semakin sulit," kata Martin.